Beranda | Artikel
Teks Khotbah Jumat: 5 Bukti Kecintaan kepada Nabi Muhammad
Rabu, 6 Maret 2024

Khotbah pertama

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَركَاتُهُ

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ, نَحْمَدُهُ, وَنَسْتَعِينُهُ, وَنَسْتَغْفِرُهُ, وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا, وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا

مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ, وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأََرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا.

أَمَّا بَعْدُ:

فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ, وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ, وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا, وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ, وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ, وَكُلُّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ

Ma’asyiral muslimin, jemaah Jumat yang dimuliakan Allah Ta’ala.

Pertama-tama, khatib berwasiat kepada diri khatib pribadi dan kepada para jemaah sekalian, marilah senantiasa menjaga kualitas ketakwaan kita dan keluarga kita kepada Allah Ta’ala. Baik itu dengan senantiasa menjalankan apa-apa yang diperintahkan oleh Allah Ta’ala, ataupun dengan meninggalkan perkara-perkara yang dapat mengantarkan kita ke dalam api neraka. Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim: 6)

Jemaah yang dimuliakan Allah Ta’ala, Sungguh, kita diperintahkan oleh Allah Ta’ala untuk mencintai Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam melebihi siapa pun yang ada di dunia ini. Allah Ta’ala berfirman mengancam siapa pun yang menjadikan selain Nabi Muhammad sebagai sesuatu yang paling dicintainya,

قُلْ إِنْ كَانَ آَبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ

“Katakanlah (wahai Muhammad), ‘Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, kesemuanya itu lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.’ Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (QS. At-Taubah: 24)

Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, “Jika semua hal-hal tadi lebih dicintai daripada Allah dan Rasul-Nya, serta berjihad di jalan Allah, maka tunggulah musibah dan malapetaka yang akan menimpa kalian.”

Ancaman keras ini menunjukkan kepada kita bahwa mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melebihi kecintaan kita kepada makhluk lainnya hukumnya adalah wajib. Di ayat yang lain, Allah Ta’ala juga menegaskan bahwa mencintai Nabi juga harus didahulukan dan diutamakan dari mencintai diri sendiri. Allah Ta’ala berfirman,

النَّبِيُّ أَوْلَى بِالْمُؤْمِنِينَ مِنْ أَنْفُسِهِمْ

“Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri.” (QS. Al Ahzab: 6)

Hanya saja, wahai jemaah yang semoga senantiasa mendapatkan rahmat Allah Ta’ala,

Di dalam mencintai Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, kita tidak boleh asal-asalan dan serampangan. Agama kita adalah agama yang berdiri di atas dalil dan petunjuk Allah serta Rasul-Nya. Bahkan, di dalam hal mencintai sekalipun, semuanya sudah ada petunjuk dan dalil yang mengaturnya. Seorang muslim dituntut untuk berpedoman dengan dalil dan petunjuk tersebut di dalam mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.

Berikut ini wahai jemaah sekalian, lima bukti kuat yang apabila terdapat di dalam diri seorang muslim, maka dia layak untuk dikatakan mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan sebenar-benarnya.

Yang pertama adalah senantiasa mengikuti ajaran beliau dan menghidupkan sunah-sunah yang telah beliau ajarkan.

Mencintai Nabi yang benar memiliki konskuensi ketaatan penuh kepada perintah dan wahyu yang telah diturunkan kepada beliau, begitu pula kesadaran penuh dari diri kita untuk meninggalkan apa-apa yang beliau larang. Allah Ta’ala berfirman,

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ

Katakanlah (wahai Muhammad), ‘Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.’(QS. Ali Imran: 31)

Tidaklah mungkin seorang mukmin mengaku-ngaku mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, namun masih banyak sekali perintah agama yang tidak ia kerjakan, masih banyak sekali larangan syariat yang ia lakukan dan ia langgar, dan dirinya sama sekali tidak berhias dengan adab-adab yang telah diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Kedua, Memperbanyak penyebutan beliau.

Yaitu, dengan memperbanyak selawat serta salam kepada beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman,

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya berselawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, berselawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al-Ahzab: 56)

Mereka yang tidak berselawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tatkala nama beliau disebut, oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dicap sebagai orang yang pelit. Beliau bersabda,

الْبَخِيلُ مَنْ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ ثُمَّ لَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ

“Orang yang bakhil dan pelit itu adalah orang yang jika namaku disebut di dekatnya, namun dia tidak berselawat kepadaku.” (HR. Tirmidzi no. 3546, Ahmad no. 1736, dan An-Nasa’i no. 8100)

Di antara bentuk banyak menyebut beliau yang lain adalah dengan menyebutkan keutamaan-keutamaan yang beliau miliki, menceritakan juga sifat dan akhlak beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Sehingga, kaum muslimin menjadi semangat di dalam berusaha untuk meniru beliau serta menjalankan sunah-sunah yang telah beliau ajarkan.

Ketiga, Mencintai orang-orang yang dicintai oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Di antara akidah ahli sunah wal jamaah adalah mencintai ahlu bait Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya, menyayangi mereka, dan menjaga wasiat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tentang mereka di mana beliau bersabda,

أُذَكِّرُكُمُ اللَّهَ فِي أَهْلِ بَيْتِي، أُذَكِّرُكُمُ اللَّهَ فِي أَهْلِ بَيْتِي، أُذَكِّرُكُمُ اللَّهَ فِي أَهْلِ بَيْتِي

“Aku ingatkan kepada kalian semua agar berpedoman kepada hukum Allah dalam memperlakukan keluargaku.” (Beliau ucapkan sebanyak tiga kali).” (HR. Muslim no. 2408)

Hal ini juga telah dipraktikkan oleh para sahabat dahulu kala. Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu pernah mengatakan,

وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَقَرَابَةُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحَبُّ إِلَيَّ أَنْ أَصِلَ مِنْ قَرَابَتِي

“Demi Zat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh kerabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lebih aku sukai untuk aku sambung (silaturahmi) daripada kerabatku sendiri.” (HR. Bukhari no. 3711 dan Muslim no. 1759)

Hanya saja yang perlu kita garis bawahi, wahai saudaraku, bahwa kemuliaan nasab tidaklah identik dengan kemuliaan seseorang di sisi Allah Ta’ala dan bahwasanya tidak ada yang dapat meninggikan kedudukan seorang hamba di sisi Allah, kecuali ketakwaannya. Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُم

“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu.” (QS. Al-Hujurat: 13)

Di dalam sebuah hadis yang sahih, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda,

وَمَنْ بَطَّأَ بِهِ عَمَلُهُ لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُه

“Barangsiapa yang lambat amalnya, maka tingginya garis keturunan tidak bisa mempercepat amalnya.” (HR. Muslim no. 2699)

Oleh karena itu, kemuliaan nasab keturunan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan ahlu bait-nya juga berkaitan erat dengan kesalehan dan amal ibadah mereka. Siapa saja dari ahlu bait yang menjaga amalnya dan kesalehannya, mereka itulah yang pantas mendapatkan kemuliaan. Dan siapa saja yang mengaku-ngaku atau berbangga diri dengan nasabnya tersebut, namun tidak dibarengi kesalehan dan amal ibadahnya, maka nasabnya tersebut tidaklah bernilai apa-apa.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Baca juga: Inilah Gambaran Cinta Nabi Dahulu dan Sekarang

Khotbah kedua

اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ

Jemaah salat Jumat yang dirahmati Allah Ta’ala.

Bukti keempat dari kejujuran cinta seorang muslim kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah besarnya harapan untuk melihat beliau dan kerinduan untuk berjumpa dengannya. Bahkan, hal itu akan ia lakukan, meskipun harus dengan pengorbanan harta dan keluarga.

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda,

مِنْ أَشَدِّ أُمَّتِي لِي حُبًّا: نَاسٌ يَكُونُونَ بَعْدِي، يَوَدُّ أَحَدُهُمْ لَوْ رَآنِي بِأَهْلِهِ وَمَالِهِ

“Di antara umatku yang sangat mencintaiku adalah orang-orang sepeninggalku. Salah seorang di antara mereka ingin melihatku dengan (mengorbankan) keluarganya dan hartanya.” (HR. Muslim no. 2832)

Yang kelima dan terakhir, wahai saudaraku, adalah menghindarkan diri dari perkara yang diada-adakan dalam agama dan segala macam bentuk ke-bid’ah-an.

Sebagian orang mengira bahwa dirinya boleh menggambarkan dan mengekspresikan cinta dan kasih sayangnya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dengan segala cara yang ia inginkan, tanpa perlu memperhatikan sama sekali petunjuk dan kaidah-kaidah syariat yang berlaku. Mereka turuti kemauan hawa nafsu mereka dengan dalih kecintaan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Padahal, Allah Ta’ala berfirman,

وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنَ اتَّبَعَ هَوَاهُ بِغَيْرِ هُدًى مِنَ اللَّهِ

“Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikit pun.” (QS. Al-Qasas: 50)

Mereka membuat ritual-ritual dan perayaan-perayaan yang sejatinya tidak diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan tidak pula oleh para sahabat radhiyallahu ‘anhum sepeninggal beliau. Sebagian dari mereka berlebih-lebihan di dalam memuji sampai pada tahapan menyamakan kedudukan beliau dengan Tuhan. Padahal, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengingatkan kita agar tidak jatuh ke dalam ke-bid’ah-an. Beliau bersabda,

إِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ؛ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ

“Waspadalah terhadap perkara-perkara baru (dalam ibadah). Sesungguhnya setiap hal yang baru adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat.” (HR. Abu Dawud no. 4607, Ahmad no. 17145, dan At-Tirmidzi no. 2676)

Ketahuilah, wahai saudaraku, pengakuan cinta saja tidaklah cukup. Yang terpenting yang harus kita jaga adalah keselarasan amal ibadah dan gerak-gerik kita dengan apa yang telah diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.

Semoga Allah Ta’ala menjadikan kita salah satu hamba-Nya yang benar-benar mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, menjadikan kita salah satu umatnya yang mendapatkan syafaat beliau di hari akhir nanti. Ya Allah kumpulkanlah kami dan pertemukanlah kami dengan kekasih-Mu Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam di surga-Mu yang penuh kenikmatan dan kerinduan.

إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ

رَبّنَا لاَتُؤَاخِذْ نَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبّنَا وَلاَ تًحَمّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ

اللَّهُمَّ انصر إِخْوَانَنَا الْمُسْلِمِيْن الْمُسْتَضْعَفِيْنَِ فِيْ فِلِسْطِيْنَ ، اللَّهُمَّ ارْحَمْهُمْ وَأَخْرِجْهُمْ مِنَ الضِّيْقِ وَالْحِصَارِ ، اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنْهُمُ الشُّهَدَاءَ وَاشْفِ مِنْهُمُ الْمَرْضَى وَالْجَرْحَى ، اللَّهُمَّ كُنْ لَهُمْ وَلاَ تَكُنْ عَلَيْهِمْ فَإِنَّهُ لاَ حَوْلَ لَهُمْ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِكَ

اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَى

رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ

وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ

عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

Baca juga: Jika Anda Mencintai Allah, Ikuti Tuntunan Rasulullah

***

Penulis: Muhammad Idris, Lc.


Artikel asli: https://muslim.or.id/91782-5-bukti-kecintaan-kepada-nabi-muhammad.html